Peran Guru dalam Membangun Budaya Kejujuran Akademik

Dalam kehidupan pasti tidaklah asing bagi kita arti dari sebuah kejujuran, terutama dalam mendidik anak baik dalam lingkungan Sekolah ataupun lingkungan Keluarga. Banyak orang (terutama para guru dan orang tua) berpendapat bahwa jika kelakuan anak-anak jaman sekarang cenderung lebih nakal dibanding dengan masa kanak-kanak mereka. Sehingga mendidik anak saat ini dirasakan lebih sulit karena tingkah laku mereka juga makin sulit untuk diatur. Namun yang perlu disadari adalah, tingkah laku anak yang cenderung nakal ini ada kalanya karena terpengaruh dari perilaku orangtua mereka sendiri. Sehingga jika mereka melakukan sesuatu yang melanggar norma-norma kehidupan sosial atau aturan yang telah ditetapkan, tidak bisa secara serta merta kita menyalahkan mereka begitu saja.
Dalam hal mendidik anak tidak bisa dilakukan hanya dari perkataan dan larangan saja, tapi haruslah dengan sebuah perilaku dan tindakan yang baik dan benar, sehingga anak akan merasa segan untuk menirunya. salah satu contoh seorang Guru yang lagi merokok, tanpa sengaja melihat seorang siswa didiknya yang lagi merokok, dengan spontan si Guru langsung mengeluarkan kata "Nak janganlah kamu merokok, merokok itu tidak baik", padahal gurunya juga masih dalam merokok.
Juga sewaktu orang tua mengajak dan mendidik anak agar mereka selalu mengutamakan kejujuran padahal mereka sendiri suka berbuat tidak jujur baik terhadap anaknya sendiri atau orang lain. Jika keadaannya seperti ini anak akan punya anggapan jika bohong itu adalah perbuatan yang wajar saja. Demikian pula halnya jika orang tua melarang anak untuk agar menjauhi minuman keras, namun mereka sendiri suka mabuk-mabukan atau mengkonsumsi narkoba. Bisa jadi anak tersebut bukan hanya jadi konsumen, namun bisa menjadi pengedar. Jadi bisa dikatakan jika tingkah laku anak adalah cermin dari perilaku orangtua mereka sendiri. Hal seperti inilah yang sia - sia dalam hal mendidik anak yang baik dan benar. 
Sebuah sisi yang kini banyak terlalaikan sepanjang perjalanan membimbing seorang anak adalah kejujuran. Kadang terjadi, orang tua tidak memberikan teguran ketika melihat si anak berbohong kepada temannya bahkan kepada gurunya sekalipun. Terkadang pula justru orang tua memberikan contoh buruk kepada si anak dengan berbuat dusta. Bahkan yang lebih parah lagi, orang tua menyuruh si anak untuk berbohong demi keuntungan atau kesenangan orang tuanya

Kejujuran itu terbagi menjagi tiga tingkatan :
1. Kejujuran dalam ucapan, yaitu kesesuaian ucapan dengan realiti.
2. Kejujuran dalam perbuatan, yaitu kesesuaian antara ucapan dan perbuatan.
3. Kejujuran dalam niat, yaitu kejujuran tertinggi di mana ucapan dan perbuatan semuanya hanya untuk Allah.
Seorang guru haruslah faham dengan 3 tingkatan kejujuran diatas dalam mendidik siswa agar selalu bertindak jujur dalam segala tindakan, baik disekolah maupun dilingkungan keluarga. 
Dengan cara apakah yang efektif dalam menanamkan sifat kejujuran terhadap siswa.....?
Dengan teori pembiasaanlah yang Insyaallah lebih efektif dalam menanamkan kejujuran terhadap siswa.

Teori Pembiasaan
Pembiasaan merupakan upaya yang efektif dalam pembinaan dan pembentukan peserta didik. Upaya pembiasaan ini dilakukan mengingat manusia mempunyai sifat lupa dan lemah. Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman apa yang dibiasakan. Yang pada dasarnya ialah yang dibiasakan itu sesuatu yang diamalkan pada hakekatnya mengandung nilai kebaikan. Oleh karena itu, uraian tentang pembiasaan selalu sejalan uraian tentang perlunya mengamalkan kebaikan yang telah diketahui (Amar Ma'ruf Nahi Mungkar).
Inti pembiasaan adalah pengulangan. Misalnya pendidik senantiasa mengingatkan pada peserta didik dalam hal berbohong, dan mendapat hukuman baik didunia dan di Akhirat kelak, penyampaian semacam ini apabila senantiasa didengar dan dipahami, maka dengan sendirinya peserta didik dapat membiasakan diri selalu berkata jujur. Pembiasaan Jujur dimulai sejak anak lahir dengan perlakuan orang tua yang sesuai pembinaan terhadap anak tersebut, dan dilanjutkan dengan membiasakan anak melakukan sopan santun yang sesuai dengan agama, serta mendidiknya agar meninggalkan yang tercela dan terlarang dalam agama.
Pembiasaan adalah hal yang penting dalam pendidikan terutama membiasakan diri dalam berbuat kebaikan dan kejujuran.
Coba kita fahami Hadits Rosulullah Salallahu Wata'ala sebagai berikut :
“Sesungguhnya kejujuran membimbing pada kebaikan, dan kebaikan akan membimbing ke surga. Dan seseorang senantiasa jujur dan membiasakan untuk jujur hingga dicatat di sisi Allah sebagai seorang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta membimbing pada kejahatan, dan kejahatan akan membimbing ke neraka. Dan seorang hamba senantiasa berdusta dan membiasakan untuk dusta hingga dicatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta.” (HR. Al-Bukhari no. 6094 dan Muslim no. 2607).


Pendidikan merupakan proses pengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada. Keteladanan seorang guru mencerminkan bahwa segala tingkah lakunya, tuturkata, sifat, maupun kejujurannya semuanya dapat diteladani.
Adapun sifat-sifat pendidik (guru) yang di contohi diantaranya : Sifat Rabbani, yaitu orang yang melihat dampak dan dalil-dalil atas keagungan Alloh Subhanallahu Wata'ala, khusyuk kepada-Nya dan merasakan keagungan-Nya. Sifat ikhlas, sifat ini termasuk kesempurnaan sifat Rabbani, sebagai pendidik dan dengan keluasan ilmunya guru hanya bermaksud mendapatkan keridhaan Allah. Sifat sabar, dalam menghadapi suatu pekerjaan apa terlebih dalam hal mendidik sangat perlu sifat kesabaran karena dari sekian yang dihadapi mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda. Sifat jujur, hendaklah jujur dalam menyampaikan apa yang diserukannya. Tanda kejujuran itu ialah penerapan anjurannya itu pertama-tama pada dirinya sendiri.
Pembiasaan akhlak dimulai sejak anak lahir dengan perlakuan orang atau yang sesuai pembinaan terhadap anak tersebut, dan dilanjutkan dengan membiasakan anak melakukan sopan santun yang sesuai dengan agama.